Reklamasi Banten, GSW, Polder dan Waduk
Prof. Ir. Muslim Muin, MSOE., Ph.D. Professor Modeling Hidrodinamika Pantai ITB 19 Maret 2025 1. Reklamasi Banten Sebenarnya reklamasi bukanlah sebuah perbuatan tercela. Jika reklamasi berdampak baik, tentu harus kita dukung bersama. Umumnya reklamasi di dunia dilakukan jauh dari mulut Sungai besar agar tidak menyumbat aliran air dan sedimen dari darat. Misalnya reklamasi Osaka Airport, Dubai, Bandara Sepinggan, Singapura, China, dan Hongkong. Penulis sebagai Ahli Kelautan juga mendukung reklamasi pada proyek pengolahan gas alam di BP Tangguh, Papua Barat. Reklamasi di BP Tangguh bertujuan untuk menyelamatkan asset penting BP Tangguh, yang berada diatas tebing dimana tebing tersebut perlahan mengalami keruntuhan karena dasarnya tergerus oleh ombak. Reklamasi dilakukan dengan menggunakan material hasil pengerukan alur kapal di lokasi. Elevasi reklamasi berada dibawah elevasi tertinggi air laut agar bisa ditanami pohon mangrove. Pohon mangrove yang ditanam oleh para ahli putera daerah, tumbuh subur sebagai pelindung pantai. Software Hidrodinamika Sedimentasi bernama MuSed3D yang penulis kembangkan di ITB, digunakan untuk melihat dampak lingkungan dan layout reklamasi yang optimum. Supaya mangrove tersebut bisa tumbuh maka dibutuhkan air laut dan juga laju sedimentasi yang terjaga. Sehingga, simulasi hidrodinamika dan sedimentasi sangat penting sebelum reklamasi dilakukan. Reklamasi di BP Tangguh ini tidak mengakibatkan masalah banjir karena daerah dibelakang reklamasi elevasinya lebih tinggi. Jadi reklamasi ini tidak menghalangi aliran air dari dari daratan. Tidak lama setelah reklamasi, mangrove tumbuh subur, dan menjadi tempat bermain burung liar. Kemudian, Tebing pantai tidak lagi runtuh sehingga asset jutaan dollar bisa diselamatkan. Dapat dibuktikan bahwa reklamasi ini sangat bermanfaat. Sementara Reklamasi Banten yang direncanakan untuk kawasan pemukiman dan industri memiliki elevasi diatas air laut tertinggi. Berbeda dengan Reklamasi di BP Tangguh, Reklamasi Banten akan mengahalangi aliran air dari darat. Dimana daerah dibelakang reklamasi elevasinya akan lebih rendah, yang mengakibatkan pemukiman atau lahan warga menjadi daerah banjir. Daerah banjir ini bisa disalahgunakan untuk memperoleh tanah dengan harga murah. Pemerintah harus mengkaji ulang rencana reklamasi oleh PIK-2 dengan teliti sebelum mengeluarkan izin. Besar waduk, Pompa, dan Drainase harus dikaji dulu untuk menerima hujan ekstrim. Simulasi sedimentasi pantai harus dilakukan dengan model hidrodinamika dan sedimentasi yang sudah teruji. 2. Giant Sea Wall Banten Gresik (GSWBG) Pembangunan Giant Sea Wall (GSW) juga bukan sebuah perbuatan tercela. Jika pembangunan GSW berdampak baik dan dirancang sesuai dengan proses fisik laut di lokasi, harus kita dukung bersama. Contoh GSW yang bermanfaat adalah GSW di Belanda, Rusia, dan di Korea Selatan. Sebagai contoh, GSW di Saemangum, Korea Selatan, dibangun di Teluk dengan pasang surut lebih dari 8 meter. GSW Saemangum dalam operasinya Tidak memerlukan Pompa tapi cukup dengan mengatur Pintu Air karena memiliki tunggang pasang surut sangat tinggi. Pada saat air laut pasang maka pintu air ditutup, pintu air akan dibuka lagi saat air laut sudah surut untuk membuang air dari daratan. Tidak hanya bermanfaat untuk pengendalian banjir, GSW Saemangum menciptakan daratan baru untuk kawasan industri dan pemukiman. Walaupun ada dampak pada perubahan kualitas air dan juga sumber daya laut, GSW Saemangum masih bisa diterima karena tidak memerlukan Pompa Raksasa. Sedangkan tinggi tunggang pasang surut di bagian Utara Pulau Jawa relatif sangat kecil, hanya sekitar 1,2 meter. Jika Giant Sea Wall Banten Gresik (GSWBG) dibangun, akibatnya Provisi Banten, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur harus memompa air dari hulu dengan Pompa Raksasa. Seperti yang pernah disampaikan di Opini Kompas 2016, dampak buruk GSWBG luar biasa, biaya operasi yang besar dan dampak lingkungan GSWBG bisa berujung kehancuran Indonesia. GSWBG akan membutuhkan Pompa Raksasa terbesar di dunia dengan biaya operasi sangat besar. Contoh lainnya yaitu GSW St Petersburg, Russia, dibangun sebagai pengaman dari ancaman Storm Surge atau kenaikan laut akibat dorongan angin. Nilai storm surge sangat besar di negara sub tropis saat badai. Sedangkan Indonesia berada di daerah tropis, badai tidak pernah ada. Jadi ancaman storm surge kecil, kecuali pada teluk yang panjang seperti Teluk Bintuni, Papua Barat. Banyak yang menyangka bahwa Banjir Rob akibat Kenaikan Muka Air Laut (KMAL). Banjir Rob bukan disebabkan oleh KMAL tapi penurunan tanah atau Land Subsidence (LS). KMAL itu merata di seluruh muka bumi karena gravitasi. Kenyataannya kota-kota besar dunia dekat pantai seperti Singapore, Tokyo, New York, dan lainnya tidak ada rencana membangun GSW. KMAL akibat Global Warming itu masih kecil, sekitar 1 mm/thn, jauh dibawah land subsidence yang bisa sekitar 6 cm/thn. Sehingga, Jelas sekali tidak ada alasan Jakarta harus membangun GSW karena ancaman KMAL. Penulis sudah pernah menyampaikannya di Opini Kompas 6 Juni 2016 dan juga presentasi langsung didepan Gubernur Jakarta saat itu yaitu Joko Widodo terkait rencana pemerintah membangun GSW versi Belanda di Teluk Jakarta. Penulis perlu berterimakasih karena sampai akhir jabatannya Presiden Joko Widodo tidak melanjutkan rencana pemerintah tersebut 3. Polder, Pompa dan Waduk Sistem Polder adalah sebuah sistem tertutup yang hanya boleh menerima air hujan yang turun pada kawasan Polder tersebut. Sebuah polder tidak boleh menerima banjir kiriman. Jika masing-masing daerah LS diperlakukan sebagai polder, pompa yang diperlukan hanya untuk air hujan pada polder tersebut, ukuran pompa lebih kecil. Contoh Sistem polder yang tepat dan efektif berada di Teluk Gong, Jakarta, Hal ini dibuktikan dengan selamat dari Hujan Ekstrim pada tanggal 28 Januari 2025 lalu. Polder harus dilengkapi dengan Green Infrastructure seperti waduk atau tampungan sementara. Peran waduk sangatlah penting, agar kebutuhan Pompa yang diperlukan lebih kecil. Pompa dengan kapasitas besar akan membutuhkan drainase yang besar, sementara ruang yang tersedia sangatlah terbatas. 4. Kesimpulan Dari paparan yang sudah diberikan, maka Pemerintah harus:
0 Comments
Menghadapi Global Warming, Infrastruktur Hijau Menjadi Keharusan |
Details
AuthorMuslim Muin Ph.D. Archives
March 2025
Categories |