Tidak bisa dipungkiri, Gubernur Jokowi dan Wagub Ahok telah mengambil beberapa langkah yang tepat dan bijaksana untuk DKI. Jauh hari sebelum menjadi gubernur DKI, saya sangat mengagumi sosok Jokowi. Demikian juga setelah Wagub Ahok membuat gebrakan yang patut dipuji. Untuk Giant Sea Wall yang memerlukan dana 150 Triliun, saya sangat tidak sepaham dan berseberangan dengan lokomotif DKI ini. Saya juga tidak mengerti, kenapa Ahok harus berpaling pada ahli di luar negeri? Padahal di negeri sendiri, Teknik Kelautan ITB mempunyai keahlian di bidang ini, termasuk software atau perangat lunak yang jauh lebih baik. Pemerintah DKI harus lebih arif dalam menangani masalah banjir Jakarta. Masalah penurunan tanah, perubahan elevasi muka air laut akibat Global Warming, Storm Surge yang sangat kecil dibandingkan di Belanda, Giant Sea Wall bukanlah solusi yang tepat. Kenapa Giant Sea Wall Jakarta adalah proyek yang salah kaprah? Berikut ulasan singkat dan dampak dari proyek mercu suar ini:
Kajian Hidrolika Sederhana Mari kita mulai dengan kajian sederhana yang sangat mudah dipahami. Mahasiswa teknik yang telah mengambil kuliah dasar teknik Mekanika Fluida atau bahkan pelajar sekolah menegah memahami betul apa itu Debit Sungai? Debit Sungai = Kecepatan Air x Luas Penampang Sungai Jadi seandainya Kecepatan Air menurun, untuk mengalirkan debit sungai yang sama, akan dibutuhkan Luas Penampang Sungai yang Lebih Besar. Luas Penampang, secara sederhana bisa diberikan sebagai lebar dikalikan kedalaman air. Apa yang akan terjadi jika lebar sungai tidak bisa berubah (karena pemukiman dan sebagainya), kedalaman air harus bertambah agar bisa mengalirkan debit tadi. Artinya BANJIR. Sederhana bukan? Atinya jika Kecepatan Air berkurang, akibatnya banjir. Nah, sekarang kenapa Giant Sea Wall akan mengurangi Kecepatan Air? Kita kembali lagi pada prinsip dasar yang sangat mudah dipahami oleh pembaca. Kecepatan Air bergantung pada Kemiringan Muka Air. Jika kemiringan makin besar, air akan mengalir lebih cepat, demikian juga sebaliknya. Pembaca tentu paham sekali bahwa muka air laut merupakan titik terendah untuk mengalirkan air. Apa jadinya jika jarak ke titik terendah ini makin jauh, Kemiringan Muka Air Berkurang, artinya Kecepatan Air akan menurun, akibatnya Banjir (lihat ilustrasi Gambar 1). Sederhana bukan? Gitu aja kok repot? Kok harus minta tolong ke Belanda? Nanti dulu, persoalan belum selesai. Apakah ada akibat lain jika Kecepatan Air menurun? Tidak usah Sarjana Teknik, masyarakat awam juga tahu, butiran padat dalam air atau dikenal sebagai sedimen akan lebih cepat mengendap. Akibatnya, sungai-sungai di Jakarta harus lebih sering dikeruk. Perusahaan pengerukan akan lebih senang? Proyek rutin lebih besar. Siapa yang menaggung biaya operasi ini?? Rakyat... Saat debit dari hulu melebihi kemampuan sungai untuk mengalirkan air, diperlukan pompa. Tujuan pompa air adalah mengeluarkan air lebih besar dari air masuk sehinggan muka air menurun. Jika Giant Sea Wall jadi dibangun, pompa yang diperlukan akan lebih besar karena harus menyedot air dari daerah Jakarta sekarang ini sekaligus daerah reklamasi yang akan dibangun (kemungkinan daerah elit) dan daerah bagian dalam Teluk Jakarta. Kenapa rakyat harus menanggung operasi pompa yang notabene akibat rekalamasi untuk daerah elit? Gambar 1. Akibat Giant Sea Wall, jarak ke titik terendah makin besar (B) dari sebelumnya (A), Kecepatan Air menurun. Akibatnya Banjir Modeling Tiga Dimensi Hidrodinamika Laut Wah, mungkin pembaca yang banyak berkecimpung dibidang hidrodinamika laut melihat kajian diatas sangat sederhana. Betul sekali, kajian sebaiknya berdasarkan modeling tiga dimensi. Harus dipahami bahwa kajian sederhana adalah dasar dari kajian yang lebih rumit dengan tujuan untuk memperoleh tingkat ketelitian yang lebih baik. Kajian lebih rumit tidak akan jauh dari prinsip dasar yang penulis uraikan diatas. Apa itu Model Tiga Dimensi Hidrodinamika Laut? Model Hidrodinamika adalah alat simulasi arus laut dengan menggunakan komputer. Dengan makin berkembang dan murahnya harga komputer saat ini, simulasi arus sungai dan laut lebih banyak dengan menggunakan Komputer. Persamaan hidrodinamika dasar yang diturunkan dari Teori Newton, diselesaikan melalui Metoda Numerik dengan bantuan komputer. Kenapa Tiga Dimensi? Karena arus sungai dan laut tidak sama untuk beberapa kedalaman dan posisi horizontal. Saat ini model hidrodinamika laut sudah banyak tersedia tidak lagi sebagai alat riset, mulai dari software public domain yang gratis sampai software komersial bisa diperoleh dengan mudah. Salah satu metoda model hidrodinamika laut ini adalah Curvilinear Coordinate Technique, software Delft3D yang dikembangkan Belanda menggunakan metoda ini dengan keterbatasan bahwa sistim grid harus orthogonal. Apa yang terjadi jika software ini digunakan untuk Non-Orthogonal Grid? Hasil simulasi tidak akan akurat. Teluk Jakarta mempunyai geometri yang rumit, apalagi setelah pembangunan Giant Sea Wall. Tidak mungkin membuat Orthogonal Grid System. Jadi untuk daerah ini memerlukan sebuah software yang bisa melakukan simulasi dengan menggunakan Non-Orthogonal Grid System. Apakah Indonesia mempunyai kemampuan untuk itu? Dua puluh tahun yang lalu, menyandang mandat beasiswa dari pemerintah Indonesia, penulis menuntut ilmu ke Amerika Serikat sampai tingkat doktoral. Sebagai disertasi, penulis berhasil mengembangkan Three Dimensional Hydrodynamics Model Using Non-Orthogonal Technique in Spherical Coordinate. Model hidrodinamika ini sudah banyak dipakai diseluruh dunia, termasuk di Bay of Fundy di Canada yang merupakan daerah dengan tunggang pasang surut tertinggi. MuTeknologi Software dikembangkan untuk sistim grid Non-Orthogonal. Nah jadi Indonesia mampu untuk mengkaji masalah Banjir Jakarta. Tapi kok diam saja. Itulah frekuensi alamiah dari seorang akademisi, jauh dari frekuensi bisnis. Software MuTeknologi banyak dipakai didunia perminyakan dan tambang di Indonesia tanpa promosi yang berlebihan. Dunia Industri rajin mencari sumber daya lokal, berbanding terbalik dengan badan pemerintah. PT Freeport Indonesia (PTFI), sebagai perusahaan tambang besar didunia mempercayai MuTeknologi Software untuk kajian mereka. Gambar 2 menyajikan Non-Orthogonal Grid System untuk aplikasi model MuTeknologi Software di PTFI. MuQual3D sangat mampu untuk mesimulasikan arus laut dan kualitas air di Teluk Jakarta. Pengalaman penulis, setelah kembali sekolah dari Amerika Serikat dua puluh tahun yang lalu, badan pemerintah selalu lebih senang membeli software asing daripada memakai software buatan bangsa sendiri. Kenapa? Kalo beli dari luar negeri, bisa sekalian training dan jalan-jalan ke luar negeri, masuk akal. Sebagai pengagum pasangan Jokowi-Ahok, saya ingin melihat kondisi ini berubah. Harus lebih selektif untuk meneruskan kebijakan regim sebelumnya. Dampak Lingkungan Laut Penulis kaget saat membaca kutipan dari detik news berikut ini: "Kita tidak bisa mengkonsumsi hasil perikanan dari sini, tetapi orang tetap menjualnya juga, misalnya kerang. Kita tidak punya pilihan lain kecuali mereklamasi Teluk Jakarta ini," tegas Ahok. Saya kaget mendengar seorang Wakil Gubernur berpandangan seperti ini. Dengan mereklamasi, semua biota laut yang berada disana hilang. Jakarta kehilangan sumber daya laut untuk daerah tersebut. Apakah ada data pendukung bahwa semua biota disana tercemar? Seandainya hanya kerang yang tercemar, kenapa semua biota harus dimusnahkan? Jika suatu perairan laut tercemar, mestinya DKI menerbitkan peraturan dan memasang tanda “Daerah Tercemar Dilarang Mengambil Hasil Perikanan Disini”. Selanjutnya DKI mengontrol dan memonitor pembuangan limbah pada daerah tersebut. Lakukan perbaikan Lingkungan Laut dengan bantuan software water quality modeling dan usaha lainnya. Solusi ala Ahok yang akan mereklamasi perairan laut tercemar, mungkin yang pertama didunia. Kecuali memang ada tujuan terselubung yaitu membangun perumahan mewah didaerah tersebut dengan biaya operasi perawatan selanjutnya ditanggung rakyat. Seandainya pemerintah DKI menerapkan pajak khusus untuk daerah reklamasi ini, sebagai kompensasi bagi para nelayan yang kehilangan pendapatan, biaya kerusakan lingkungan, dan biaya operasi pompa yang sangat besar, bisa jadi kebijakan ini bisa diterima. Saya tidak pernah mendengar bahwa pajak khusus ini akan diterapkan. Dampak lingkungan yang mengerikan dari Giant Sea Wall Jakarta adalah makin memburuknya kualitas air di Teluk Jakarta karena polutan akan terperangkap didaerah ini. Gambar 2. Non-Orthogonal Grid System di PT Freeport Indonesia (aplikasi MuTeknologi Software)
8 Comments
Adrian Pradipta Wikanta
2/18/2013 01:32:11 am
Semoga tulisan ini sampai ke Pemprov DKI, sehingga Ahli-Ahli teknik kelautan bisa di ikut sertakan dalam kajian Giant Sea Wall ini. Sangat setuju dengan kajian hydrodynamics untuk Orthogonal Gridnya pak.
Reply
dika
2/18/2013 06:15:25 am
FYI kalau saya tak salah info dulu foke lah yg gembor2 proyek ini sbg jualan kampanyenya. mgkin jokowi kena deal2 foke yg mau gak mau lanjutin ini
Reply
thaufik samdani
2/18/2013 09:48:02 am
setuju dengan tulisan pak muslim,,konsep banjir yang sangat mudah dimengerti, heran juga, kenapa pemerintah memilih opsi tersebut,,,,hehe
Reply
Harun alrasyid Lubis
2/18/2013 08:22:47 pm
Muslim ,, udah gw Fwd ke Ahok link nya,
Reply
Ellen
3/6/2013 11:10:09 am
Sudah saatnya para akademisi bicara dan berbagi utk kemajuan bersama... Ijin Share ya Pak.
Reply
Innocent Bystander
3/12/2013 02:22:44 pm
Kenapa kalian gak bersuara sejaka jaman Foke ?
Reply
Muslim Muin
3/13/2013 05:44:02 am
Mungkin karena saya simpatisan Jokowi, gagasan keliru ini baru jadi perhatian. Biasa, kalau orang yang kita kagumi membuat langkah keliru, kita kaget dan teriak... kedengarannya tidak enak tapi maksudnya baik.
Reply
Bahari
4/29/2013 07:30:13 pm
Pada dasarnya penimbunan itu pasti buruk dampak lingkungannya.
Reply
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
AuthorMuslim Muin Ph.D. Archives
November 2021
Categories |